Gunung Gambar, dari Situs Sejarah Menuju Sentra Kopi Gunungkidul

Gunungkidul – Di atas ketinggian perbukitan Gunungkidul utara yang tenang, Gunung Gambar berdiri sebagai saksi bisu perjalanan sejarah panjang. Dikenal sebagai lokasi INITOGEL pertapaan Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said, situs ini selama bertahun-tahun menjadi destinasi wisata religi dan sejarah. Namun kini, Gunung Gambar perlahan menampakkan wajah baru menjadi kawasan penghasil kopi.

Sabtu pagi (5/7/2025), suasana Gunung Gambar lebih semarak dari biasanya. Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, hadir langsung dalam momen panen kopi yang digelar oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Ngawen.

Kopi Gunung Gambar bukan barang baru. Dalam catatan di Perpustakaan Mangkunegaran, tercatat bahwa tanaman kopi telah tumbuh di wilayah ini sejak zaman penjajahan Belanda (VOC). Dulu, kawasan ini memang termasuk daerah yang digunakan untuk budidaya tanaman komoditas ekspor seperti kopi dan cengkeh.

Berawal dari inisiatif warga setempat, Pokdarwis memanfaatkan lahan seluas tiga hektare untuk kembali menanam kopi. Tidak sendiri, mereka juga mendapat dukungan dari mahasiswa KKN Universitas Gadjah Mada (UGM), yang turut menyusun rencana pengelolaan, pendampingan teknis, hingga pemasaran.

“Anak-anak muda sekarang butuh daya tarik lebih dari sekadar situs sejarah. Maka kami coba menghidupkan kembali kopi yang pernah berjaya di tempat ini,” kata Wagino, Ketua Pokdarwis Desa Wisata Kampung Ngawen.

Produksi kopi di Gunung Gambar memang belum masif, tetapi menjanjikan. Panen dilakukan hampir sepanjang tahun dengan hasil mencapai sekitar satu ton setiap tahunnya. Dalam panen bulan Juli ini saja, sebanyak 30 kilogram biji kopi berhasil dipetik.

“Kopi disini sudah memasuki pasar lokal, juga telah menjadi suplai tetap di beberapa kafe dan kedai kopi di Gunungkidul,”jelasnya.

Namun pengembangan kopi tidak selalu berjalan mulus. Tantangan datang silih berganti, terutama menyangkut keterbatasan lahan dan ketersediaan air. Beberapa petani bahkan mulai memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam kopi karena tidak lagi memiliki cukup lahan terbuka.

“Kalau ada izin pembukaan lahan, kita bisa menambah luasnya. Tapi sementara ini kita optimalkan yang ada dulu,” Ulas Wagino.

Di tengah keterbatasan, semangat warga tetap menyala. Mereka sadar bahwa kopi bukan hanya tanaman, tetapi juga simbol harapan ekonomi. Bupati Endah pun menegaskan pentingnya diversifikasi potensi wisata di Gunungkidul. Baginya, Gunung Gambar tidak boleh hanya dikenal sebagai wisata religi.

“Wisata itu tidak cukup dengan cerita sejarah. Kita perlu kombinasi. Nah, kopi ini bisa jadi salah satu ikon baru. Apalagi jika dikembangkan menjadi wisata edukasi dan pengunjung bisa belajar, memetik kopi, lalu menikmati seduhan hasil kebunnya sendiri,” kata Endah.

Ragam Suguhan Kopi Gunung Gambar

Ia bahkan mengusulkan agar kawasan ini mengembangkan produk turunan seperti kopi instan, souvenir kopi, bahkan mendirikan kedai kopi (kafe) kecil yang menyatu dengan lanskap wisata. Untuk mendukung integrasi pertanian dan pariwisata, Pemkab Gunungkidul juga menyiapkan bibit kelapa hibrida untuk ditanam di lahan seluas tiga hektare.

“Coba bayangkan, tamu dari luar datang, lalu kita suguhkan kopi Gunung Gambar di tempat yang langsung menghadap panorama Gunungkidul. Ini bukan sekadar wisata, tapi juga pengalaman,” tambahnya.

Tak hanya Gunung Gambar, sejumlah wilayah lain di Gunungkidul mulai merintis kembali budidaya kopi. Di Kapanewon Patuk, Playen, Ponjong, dan Semin, kelompok petani secara swadaya mengembangkan tanaman kopi dengan pendekatan agroforestri.

Hasilnya mulai menunjukkan kualitas, dengan biji kopi robusta dan arabika lokal yang memiliki karakter khas karena ditanam di tanah karst dan dataran tinggi yang sejuk. Beberapa brand kopi lokal seperti “Kopi Alas Ngawen”, “Kopi Watu Ireng”, dan “Kopi Bukit Bintang” bahkan sudah dipasarkan secara daring, dan mulai masuk ke gerai-gerai kopi kekinian.

“Peluang untuk menembus pasar nasional terbuka lebar, asalkan didukung infrastruktur, pelatihan, dan jaringan distribusi yang baik,” jelas Endah

Sementar itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi, menyatakan komitmen penuh pemerintah dalam mendukung kebangkitan kopi lokal. Pihaknya telah siapkan 330 bibit kelapa berikut pupuk organik yang akan disalurkan akhir tahun ini, serta soal air, pihaknya mengakui masih menjadi pekerjaan rumah.

“Kami telah siapkan, Selain itu pendampingan dalam pengendalian hama, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran juga terus kami kuatkan,” dia menjelaskan.

Sumber : Pesanlab99.id