Jakarta – Dukungan politik terhadap Bitcoin dari Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), JD Vance dinilai menjadi katalis sentimen INITOGEL positif baru bagi bitcoin selaku aset lindung nilai.
Dalam pidatonya di Bitcoin Conference 2025 di Las Vegas, Rabu (28/5/2025), Vance menyebut BTC sebagai lindung nilai terhadap inflasi, kontrol pusat, dan diskriminasi politik oleh sektor swasta.
Vance juga mengonfirmasi bahwa dirinya secara pribadi memegang Bitcoin, memperkuat citra BTC sebagai simbol kebebasan finansial.
Pernyataan ini datang beriringan dengan dirilisnya risalah rapat The Fed Mei 2025, yang mengungkap kekhawatiran atas peningkatan inflasi dan proyeksi pengangguran di atas 4,6 persen.
Perkuat Akses Lidung Nilai
Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, ketidakpastian kebijakan moneter dan risiko stagflasi memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakstabilan ekonomi global.“Momen ini menjadi titik penting bagi investor untuk memahami peran Bitcoin dalam lansekap ekonomi baru. Dukungan dari tokoh penting seperti JD Vance memperkuat posisi Bitcoin di panggung kebijakan publik,” jelas Fyqieh.
Kurangi Risiko
Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)
Saat ini, investor kripto cenderung mengurangi eksposur risiko. Tercermin dari penurunan total kapitalisasi pasar dan fluktuasi pada tingkat pendanaan.
Pasar memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi yang melambat disertai inflasi yang masih bertahan. Sebuah kondisi yang membuat aset kripto semakin rentan terhadap ketidakpastian kebijakan suku bunga.
Fyqieh menilai, pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) yang dijadwalkan pada 17-18 Juni 2025 menjadi fokus utama pelaku pasar. Hingga saat itu, pasar kemungkinan tetap bergejolak seiring investor menimbang risiko stagflasi dan potensi perubahan suku bunga.
Kecenderungan Investor
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Dalam kondisi seperti ini, investor institusi sering memanfaatkan volatilitas untuk redistribusi aset melalui strategi manajemen ekspektasi.
“Bulan Juni biasanya menjadi titik rawan, di mana tekanan dari ketidakpastian makro dan aksi arbitrase waktu oleh institusi bisa memicu koreksi tajam. Investor perlu memperkuat manajemen risiko dan disiplin dalam pengambilan posisi,” pungkas Fyqieh.
Sumber : Pesanlab99.id